Metode Penelitian
Administratif
Metode penelitian pada
dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan
kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang
perlu diperhatikan yaitu cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan. Cara
ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu Rasional berarti
kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga
terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti
cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang
lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sistematis yaitu
peroses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah
tertentu yang bersifat logis.
Data yang diperoleh
melalui penelitian itu adalah data empiris (teramati) yang mempunyai kriteria
tertentu yaitu valid (sugiono,2013,1). Valid yaitu menujukan derajad ketepatan
antara data yang sesungguhnya terjadi pada obyek dengan data yang dapat
dikumpulkan oleh peneliti. Untuk mendapatkan data yang langsung valid dalam
sering sulit dilakukan, oleh karena itu data yang telah terkumpul sebelum
diketahui validitasnya, dapat diuji melalui pengujian realibitas dan
obyektivitas. Data yang valid pasti relibilitas dan obyektif, realibel
berkenaan derajad konsistensi/keajegan data dalam interval waktu tertentu. Data
yang reiabel belum tentu valid dan data yang onbyektif juga belum tentu valid.
Validitas data hasil penelitian dapat diperoleh dengan cara menggunakan
instrumen penelitian yang valid, menggunakan data dan cukup jumlahnya, serta
menggunakan metode penggumpulan data analisis data yang benar(sugiono,2013,2).
B. Jenis-Jenis Penelitian
Penelitian akademik merupakan penelitian
yang dilakukan oleh para mahasiswa dalam membuat skripsi, tesis dan desertasi.
Penelitian ini merupakan sarana edukatif, sehingga lebih mementingkan validitas
internal (caranya yang harus betul).
Penelitian profesional
merupakan penelitian yang dilakukan oleh orang yang berprofesi sebagai peneliti
misalnya Dosen, Perguruan Tinggi, Penelitian di LIPI. Tujuannya untuk
mendapatkan pengetahuan baru yang berkenaan dengan ilmu, teknologi dan
seni.variabel peneliti lengkap, kecanggihan analisis disesuaikan dengan
kepentingan masyarakat ilmiah. Untuk itu peneliti harus dilakukan dengan cara
yang betul (validitasi internal), dan hasilnya berguna untukk pengemnbangan
ilmu (validitas eksternal).
Penelitian institusional
merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan informasi yang dapat
digunakan untuk mendapatkan informasi yang dapat digunakan untuk pengembangan
kelembagaan.
Jenis-jenis penelitian dapat dikelompokan
menurut, tujuan, pendekatan, tingkat ekplanasi (level of explanation), dan analisis
dan jenis data(sugiono,2013,4).
1. Penleitian Menurut Tujuan
Penleitian Menurut Tujuan dapat
dikelompokan menjadi penelitian murni dan terapan (pure research & applied
research) Uma Sekaran dalam bukunya Resaerch Menhods Business(1994) menyatakan
bahwa, bila penelitian diarahkann untuk mendapatkan informasi yang dapat
digunakan untuk memecahkan masalah, maka penelitian tersebut diarahkan untuk
memecahkan masalah, maka penelitian tersebut dinamakan penelitian terapan,
tetapi bila penelitian yang dilakukan diarahkan sekedar untuk memahami maslah
organisasi secara mendalam (tanpa ingin menerapkan hasilnya) maka hal itu
dinamakan penelitian dasar/murni.(sugiono,2013,6)
2. Penelitian Menurut
Metode
a) Penelitian Survey
Penelitian Survey Pada umumnya
dilakukan untuk mengambil suatu generalisasi dari pengamatan yang tidak
mendalam. Walaupun metode survey ini tidak memerlukan kelompok kontrol seperti
halnya pada metode eksperimen, namun generalisasi yang dilakukan bisa lebih
akurat bila menggunakan sampel yang representatif (David Kline : 1980).
b) Peneliti Ex Post Facto
Peneliti Ex Post Facto adalah suatu
penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan
kemudian merunut ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat
menyebabkan timbulnya kejadian tersebut.
c) Penelitian Eksperimen
Peneliti dengan pendekatan eksperimen
adalah suatu peneliti yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu tentu
terhadap variabel yang lain dalam kondisi yang terkontrol secara ketat.
d) Peneliti Naturalistik
Metode penelitian ini sering disebut dengan
metode kualitatif, metode kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan
untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah.(sebagai lawannya adalah
eksperimen)dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan
data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat
induktif, dan hasil penelitian kuantitatif lebih menekankan makna dari pada
generalisasi.
e) Policy Reseach
(Penelitian Kebijaksanaan)
Policy Reseach (Penelitian Kebijaksanaan)
dimulai karena adanya masalah dan masalah ini pada umumnya dimiliki oleh para
administrator/manajer atau para pengambil keputusan pada suatu organisasi.
f) Action Reseach
(Penelitian Tindakan)
Penelitian tindakan merupakan penelitian
yang bertujuan untuk mengembangkan metode kerja yang paling efesien, sehingga
biaya produksi dapat ditekan dan produktivitas lembaga dapat meningkat.
Penelitian tingkatan adalah suatu proses yang dilalui oleh perorangan atau
kelompok yang menghendaki perubahan dalam situasi tertentu untuk menguji
prosedur yang diperkirakan akan menghasilkan perubahan tersebut dan kemudian,
setelah tahap kesimpulan yang dapat dipertanggung jawabkan melaksanakan
prosedur ini. Tujuan utama penelitian ini adalah mengubah 1.Situasi, 2.Prilaku,
3.organisasi termasuk struktur mekanisme kerja, iklim kerja dan pranata.
g) Penelitian evaluasi
Dalam hal yang khusus, penelitian evaluasi
dapat dinyatakan sebagai evaluasi tetapi dalam hal ini juga dapat dinyatakan
sebagai penellitian. Hal ini merupakan bagian dari proses pembuatan keputusan
yaitu untuk membandingkan suatu kejadian, kegiatan produk dengan standar dan
program yang telah ditetapkan. Evaluasi sebagai penelitian berarti akan
berfungsi untuk menjjelaskan fenomena.
h) Penelitian Sejarah
Penelitian sejarah berkenaan dengan
analisis yang logis terhadap kejadian-kejadian yang berlangsung dimasa lalu.
Jadi penelitian tidak mungkin lagi mengamati kejadian yang akan diteliti,
walaupun demikian sumber datanya bisa primer yaitu orang terlibat langsung
dalam kejadian itu atau sumber-sumber dokumentasi yang berkenaan dengan
kejadian itu.
3 Penelitian Menurut Tingkat Ekplanasinya
Penelitian menurut tingkat
ekplanasinya adalah penelitian yang berrmaksud menjelaskan kedudukan
variabel-variabel yang diteliti serta hubungan antara satu variabel dengan
variabel yang lain.(sugiono,2013,11)
Ø Penelitian
Deskriptif
Penelitian deskriptif adalah
penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu
variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan
antara variabel satu dengan variabel yang lain.
Ø Penelitian
Komparatif
Penelitian
komparatif adalah suatu penelitian yang bersifat menbandingkan.
Ø Penelitian
Asosiatif/hubungan
Penelitian asosiatif
merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua
variabel atau lebih.
4. Penelitian Menurut
Jenis & Data
Bahwa pada dasarnya
meneliti itu adalah ingin mendapatkan data yang valid, relibel dan
obyektif tentang gejala tertentu. Jenis data & analisisnyan
dalam penelitian dapat dikelompokan menjadi tiga hal utama yaitu data
kualitatif, kuantitatif dan gabungan keduanya. Pada suatu proses
penelitian sering hanya terdapat satu jenis data yaitu kuantitatif atau
kualitatif saja, tetapi mungkin juga gabungan keduanya. Data Kuantitatif adalah
data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan. Data
Kualitatif adalah data yang berbentuk kata, kalimat, skema dan
gambar.(sugiono,2013,13)
C. Macam-macam Data
Penelitian
Data kualitatif dibagi
menjadi dua yaitu data diskrit/nominal adalah data yang hanya dapat
digolong-golongkan secara terpisah secara diskrit/kategori. Data Kontinum
adalah data bervariasi menurut tingkatan dan ini diperoleh dari hasil ukuran.
Data Internal adlah data yang jaraknya sama tetapi tidak mempunyai nilai nol
(0) absolut/mutlak.
Ø populasi, Sampel dan Sampling
A. Populasi
Populasi adalah wilayah
generalisasi (baca: penyamarataan) yang terdiri atas: obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013, 90).
Jadi populasi bukan hanya
orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan
sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi
seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek yang diteliti
itu.
B. Sampel
Sampel adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2013:
91).
Bila populasi besar, dan
peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misal karena
keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel
yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel, kesimpulannya
akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk sampel yang diambil dari populasi
harus betu-betul representative (mewakili).
C. Teknik Sampling
Teknik sampling adalah
merupakan teknik pengambilan sampel (Sugiyono, 2013, 91). Untuk menentukan
sampel dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang
digunakan. Secara sistematis
teknik sampling pada
dasarnya dapat dikelompokan menjadi dua yaitu Probability
Sampling dan Nonprobability Sampling. Probability
Sampling meliputi Simple Random, Proportionate Stratified Random,
Disproportionate Stratified
Random dan Cluster Random. Nonprobability
Sampling meliputi Systematic Sampling (Sampling Sistematis), Quota Sampling(Sampling Kuota), Accidental/Incidental Sampling (Sampling aksidental/Insidental),Purposive Sampling, Sampling Jenuh
(Sampling Sensus) dan Snowball Sampling.
Berikut ini adalah
penjelasan dari masing-masing teknik sampling di atas.
1. Probability
Sampling
Probability
Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang
sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel
(Sugiyono, 2013: 92).
Berikut ini adalah
jenis-jenis dari Probability Sampling beserta penjelasannya.
a. Simple
Random Sampling
Simple Random
Sampling adalah pengambilan anggota sampel dari populasi yang dilakukan
secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono,
2013: 93).
b. Proportionate
Stratified Random Sampling
Proportionate Stratified
Random Sampling adalah teknik sampling yang digunakan bila
populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara
proporsional (Sugiyono, 2013: 93).
Sebagai contoh suatu
organisasi/perusahaan yang memiliki pegawai dari latar belakang pendidikan yang
berstrata, maka populasi pegawai itu berstarata. Misalnya jumlah pegawa yang
lulus S1=45, S2=30, STM=800, ST=900, SMA=400, SD=300. Jumlah sampel yang harus
diambil meliputi strata pendidikan tersebut.
c. Disproportionate
Stratified Random Sampling
Disproportionate
Stratified Random Sampling adalah teknik sampling yang digunakan
bila populasi berstrata tetapi kurang proporsional (Sugiyono, 2013: 93).
Misalnya pegawai
perusahaan X dari divisi produksi mempunyai 3 orang lulusan S3, 4 orang lulusan
S2, 90 orang S1, 800 orang SMU, 700 orang SMP, maka 3 orang lulusan S3 dan 4
orang lulusan S2 itu diambil semuanya sebagai sampel, karena dua kelompok ini
terlalu kecil bila dibandingkan dengan kelompok S1, SMU dan SMP.
d. Cluster
Random Sampling (Area Sampling)
Cluster Random
Sampling merupakan teknik sampling daerah yang digunakan untuk
menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas,
misalnya penduduk dari suatu negara, propinsi atau kabupaten (Sugiyono, 2013:
94).
Untuk menentukan penduduk
mana yang akan dijadikan sumber data, maka pengambilan sampel ditetapkan secara
bertahap dari wilayah yang luas (negara) sampai ke wilayah terkecil
(kabupaten). Setelah terpilih sampel terkecil, kemudian baru dipili sampel
secara acak.
Misalnya di
Indonesia terdapat 34 propinsi, dan sampel akan menggunakan 17 propinsi, maka
pengambilan 17 propinsi tersebut dilakukan secara random (acak).
Tetapi perlu diingat karena propinsi-propinsi di Indonesia berstrata (tidak
sama) maka pengambilan sampelnya perlu menggunakan Stratified Random
Sampling. Propinsi di Indonesia ada yang penduduknya padat, ada yang tidak; ada
yang mempunyai hutan yang banyak ada yang tidak, ada yang kaya bahan tambang
dan adayang tidak. Karakteristik semacam ini perlu diperhatikan sehingga
pengambilan sampel menurut strata populasi itu dapat ditetapkan.
Teknik sampling daerah
ini sering digunakan melalui dua tahap, yaitu tahap pertama menentukan sampel
daerah dan tahap kedua menentukan orang-orang yang ada pada daerah itu
secara sampling juga.
2. Nonprobability
Sampling
Nonprobability Sampling adalah
teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi
setaip unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono,
2013:95).
Berikut ini adalah
jenis-jenis dari Nonprobability Sampling beserta penjelasannya.
a. Systematic
Sampling (Sampling Sistematis)
Sampling Sistematis
adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populsai yang
telah diberi nomor urut (Sugiyono, 2013:95).
Misalnya anggota populasi
yang terdiri dari 100 orang. Dari semua anggota diberi nomor urut yaitu nomor 1
sampai nomor 100. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan hanya mengambil
nomor ganjil saja, genap saja atau kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya
kelipatan dari bilangan lima. Untuk ini maka yang diambil sebagai sampel adalah
nomor 1, 5, 10, 15, 20, dan seterusnya sampai 100.
b. Quota
Sampling (Sampling Kuota)
Sampling Kuota
adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai cirri-ciri
tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan (Sugiyono, 2013:95).
Sebagai contoh, sebuah
penelitian tentang pendapat masyarakat terhadap pelayanan masyarakat dalam
urusan Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Jumlah sampel yang ditentukan 500 orang.
Kalau pemenuhan data belum memenuhi kuota 500 orang tersebut, maka penelitian
dipandang belum selesai.
Bila pengumpulan data
dilakukan secara kelompok yang terdiri atas 5 orang pengumpul data, maka setiap
anggota kelompok harus dapat menhubungi 100 orang anggota sampel, atau 5 orang
tersebut harus dapat mencari data dari 500 anggota sampel.
c. Incidental
Sampling (Sampling Insidental)
Sampling Insidental
adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang
secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai
sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok dengan sumber
data (Sugiyono, 2013:96).
d. Purposive
Sampling
Purposive
Sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu
(Sugiyono, 2013:96).
Misalkan akan melakukan
penelitian tentang kualitas makanan, maka sampel sumber datanya adalah orang
yang ahli makanan, atau peneitian tentang kondisi politik di suatu daerah, maka
sampel sumber datanya adalah orang yang ahli politik. Sampel ini lebih cocok
digunakan untuk penelitian kualitatif, atau penelitian-penelitian yang tidak
melakukan generalisasi.
e. Sampling Jenuh (Sampling Sensus)
Sampling Jenuh
adalah teknik penentuan sampel apabila semua anggota populasi digunakan sebagai
sampel (Sugiyono, 2013:96). Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi
relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat
generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh
adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.
f. Snowball
Sampling
Snowball
Sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil,
kemudian membesar (sugiyono, 2013, 97). Ibarat bola salju yang menggelinding
yang lama-lama menjadi besar. Dalam penentuan sampel, pertama-tama dipilih satu
atau dua orang, tetapi dengan dua orang ini belum merasa lengkap terhadap data
yang diberikan, maka peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih tahu dan
dapat melengkapi data yang diberikan dua orang sebelumnya. Begitu seterusnya sehingga
jumlah sampel menjadi semakin banyak.
Ø Skala
Pengukuran Dan Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kuantitatif, peneliti
akan menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data, sedangkan
dalam penelitian kualitatif-naturalistik, peneliti akan lebih banyak
menjadi instrumen, karena dalam penelitian kualitatif peneliti
merupakan key instruments.
Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur
nilai variabel yang diteliti. Dengan demikian jumlah instrumen yang akan
digunakan untuk penelitian akan tergantung pada jumlah variabel yang akan
diteliti. Instrumen Penelitian digunakan untuk melakukan pengukuran dengan
tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat, maka setiap instrumen harus
mempunyai skala.
A. Macam-macam
Skala Pengukuran
Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang
digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada
dalam alat ukur.sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran
akan menghasilkan data kuantitatif. Sebagai contoh, misalnya timbangan emas
sebagai instrumen untuk mengukur berat emas, dibuat dengan skala mg dan akan
menghasilkan data kuantitatif berat emas dalam satuan mg bila digunakan untuk
mengukur, meteran sebagai instrumen untuk mengukur panjang dibuat dengan skala mm,
dan akan menghasilkan data kuantitatif panjang dengan satuan mm.
Berbagai skala sikap yang dapat digunakan
untuk penelitian administrasi, pendidikan dan sosial antara lain:
a) Skala Likert
b) Skala Guttman
c) Rating Scale
d) Semantic Deferential
Kelima jenis skala tersebut bila digunakan dalam pengukuran,
akan mendapatkan data interval, atau rasio. Hal ini akan tergantung pada bidang
yang akan diukur.
1. Skala
Likert
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.
Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik
oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian.
Contoh jawaban setiap item dalam instrumen
yang menggunakan skala Likert berupa kata-kata dalam pilihan
ganda ataupun checklist dan diuraikan secara lebih
terperinci, misal penggunaan kata-kata sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak
setuju, sangat tidak setuju.
b. Contoh bentuk pilihan
ganda
Pertanyaan:
Kurikulum baru itu akan segera diterapkan di lembaga pendidikan
Anda?
Pilihan jawaban:
1. Sangat Setuju
2. Setuju
3. Ragu-ragu
4. Tidak Setuju
5. Sangat Tidak Setuju
2. Skala
Guttman
Skala pengukuran dengan tipe ini, akan didapat
jawaban yang tegas, yaitu ya-tidak, benar-salah, pernah-tidak pernah,
positif-negatif, dan lain-lain. Jadi kalau pada skala Likert terdapat 3,4,5,6,7
interval, dari kata sangat setuju sampai sangat tidak setuju, maka dalam skala
Guttman hanya ada 2 interval yaitu setuju atau tidak setuju. Penelitian ini
dilakukan bila ingin mendapat jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan
yang ditanyakan.
Skala Guttman selain dapat dibuat dalam bentuk
pilihan ganda, juga dapat dibentuk dalam bentuk cheklist.
Contoh;
Pertanyaan:
Bagaimana pendapat anda, bila orang itu
menjabat Kepala Sekolah di sini?
Jawab:
1. Setuju
2. Tidak Setuju
3. Semantic
Defferensial
Skala pengukuran yang berbentuk semantic
differensialdikembangkan oleh Osgood. Skala ini juga digunakan untuk
mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan ganda maupun cheklist,
tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang jawaban “sangat
positifnya”terletak dibagian kanan garis, dan jawaban yang “sangat
negative” terletak dibagian kiri garis, atau sebaliknya.
4 Rating
Scale
Dari ketiga skala
pengukuran diatas, data yang diperoleh semuanya adalah data kualitatif
yang kemudian dikuantitatifkan. Tetapi dengan rating scale data mentah yang
diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.
Rating scale ini lebih
fleksibel, tidak terbatas untuk pengukuran sikap saja tetapi untuk mengukur
persepsi reponden terhadap fenomena lainnya, seperti skala untuk mengukur
status sosial ekonomi, kelembagaan, pengetahuan, kemampuan, dan
proses kegiatan lainnya.
Yang penting bagi penyusun instrumen dengan
rating scale adalah harus dapat mengartikan setiap angka yang diberikan pada
alternatif jawaban pada setiap item instrumen.
B. Instrumen
Penelitian
Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan
pengukuran terhadap fenomena sosial maupun alam. Meneliti dengan data yang
sudah ada lebih tepat kalau dinamakan membuat laporan dari pada melakukan
penelitian. Namun demikian dalam skala yang paling rendah laporan juga dapat
dinyatakan sebagai bentuk penelitian (Emory, 1985).
Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan
pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur penelitia disebut
instrumen penelitian.
Apabila kita katakan bahwa untuk memperoleh
data kita gunakan metode wawancara, maka didalam melaksanakan pekerjaan
wawancara ini, pewawancara menggunakan alat bantu. Secara minimal alat bantu
tersebut berupa ancer-ancer pertanyaan yang akan ditanyakan sebagai catatan,
serta alat tulis untuk menuliskan jawaban yang diterima. Ancer-ancer ini
disebut pedoman wawancara. Oleh karena pedoman wawancara ini merupakan alat
bantu, maka disebut juga instrumen pengumpulan data. dengan demikian jika
menggunakan metode wawancara, instrumennya adalah pedoman wawancara.